Tausiyah Habibana Idrus bin Muhammad Alaydrus ,acara YKS TV9 -Surabaya Minggu 08 Juni 2014
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang Sama sama kita muliakan para hadirin dan hadirat yang hadir di studio TV9 yang sangat dimuliakan oleh Allah swt, juga pemirsa TV9 yang mudah-mudahan selalu dicintai oleh Allah swt dan dicintai oleh baginda Nabi kita Muhammad saw.
Bahwasanya didalam peran daripada guru dan orang tua adalah peran yang
tidak bisa dijauhkan dan sangat mempunyai kaitan yang begitu kuat.
Sehingga mendidik seorang anak khususnya menjadi anak yang sangat dan
sangat sholeh, seperti disabdakan Nabi kita Muhammad saw yang artinya :
“Semua amal manusia kelak dihari kiamat akan terputus kecuali tiga,
daripada tiga tersebut adalah anak yang sholeh yang mana mendoakan
daripada kedua orang tuanya”. Jadi orang tua membina anaknya, memberikan
pelajaran di rumahnya. Dan guru yang mana kata Rasulullah saw dalam
hadistnya : “Saya diutus oleh Allah swt adalah sebagai pengajar,
pendidik yang sangat baik, sebagai guru yang sangat mulia”. Hingga anak
itu didalam sekolahnya, misalkan disekolahkan ditingkat dari sejak Paud,
kemudian TK, kemudian SD, SMP melihat gurunya itu didalam keseharianya
adalah sebagai figure yang begitu mulia. Jadi seorang guru itu adalah
peran yang sangat kuat kepada anak. Tapi kalau seandainya gurunya sudah
tidak ada seperti yang dikatakan saudara Mubarok tadi didalam
sekolahnya, misalkan didalam kuliahnya dosen-dosen dan lain-lain tidak
mempunyai figure ketika mendidik anaknya, misalkan didalam cara dia
berkomunikasi memberikan daripada kata-kata yang baik, bukan ketika
mengajar mengajarkan daripada cacian kepada orang lain, mengkritik orang
maka yang mendengarkanya pun, muridnya pun jangan disalahkan jikalau
mendapatkan seorang murid ahli mencaci. Karena yang dilihat didalam
sekolahnya adalah gurunya. Begitupun orang tuanya ketika didalam
rumahnya sudah membiasakan dengan hal yang baik, mendidik anak yang
begitu sholeh mendekatkan dirinya kepada Allah swt. Mungkin kita
fikirkan disini kita lihat dengan cara-cara yang mungkin kita anggap
sepele. Seperti halnya adab-adab Nabi kita Muhammad saw, akhlak-akhlak
Rasulullah saw yang mengkin kita angap sepele. Seperti halnya ketika
masuk didalam kamar mandi dahulukan kaki kiri ketika keluarnya pun.
Didalam kamar mandinya pun diajarkan bagaimana malu kehadirat Allah swt.
Jadi membiasakan anak yang sedemikian maka anak semakin besar-semakin
besar menjadi anak yang sholeh. Jikalau anak menjadi anak yang sholeh
kita lihatpun bagus, enak. Adabnya, sopan santunya daripada akhlaknya
yang sangat dimuliakan oleh Allah swt, oleh baginda Nabi kita Muhammad
saw sehingga anak tersebut bisa tertular oh orang tua saya seperti
ini.., guru saya seperti ini…
Maka dari itulah Nabi kita
Muhammad saw selalu mengajarkan hal yang baik, bahkan ketika Rasulullah
saw diceritakan disitu pernah mungkin saya sebutkan didalam kesempatan
yang sangat mulia ini, tidak membiarkan anak kecil itu untuk menangis.
Dan bahkan memberikan pendidikanya pun yang begitu mulia dari sejak
awal. Daripada cucu Rasulullah saw Sayyidina Hasan dan Husein, bahkan
didalam riwayat ketika Rasulullah saw dalam keadaan sujud Sayyidina
Hasan dan Husein itu pernah menaiki pundaknya Nabi Muhammad saw. Bahkan
ketika sujud tersebut Rasulullah saw memanjangkan daripada sujudnya.
Sahabat-sahabat dibelakang heran ini Rasulullah saw kenapa koq panjang
sujudnya ini…sholat apa ini..? Mungkin kalau sholat yang seperti ini
kalau ada yang ikut dikira Madzab apa ini. Madzab nopo ini..? Kalau
zaman sekarang ini orang berbuat baik dicurigai, betul tidak..? orang
berbuat kemaksiatan yang sudah jelas-jelas malah didukung oleh orang
tuanya, naudzubillahi mindzalik. Sudah jelas-jelas dia berboncengan
dengan orang yang bukan muhrimnya dibiarkan. Tapi kalau seandainya
dengan hadir di majelis-majelis shalawat, majelis-majelis taklim
dicurigai , itu ajaran apa itu..? itu madzab apa..? padahal baik.
Daripada mengajak daripada seseorang dalam kemaksiatan lebih baik dalam
kebaikan, apalagi bentuknya shalawat kepada Habi kita Muhammad saw.
Bahkan dibiarkan oleh Rasulullah saw bertanya sahabat setelah salamnya
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam : “Ya
Rasulullah kenapa engkau sholat yang begitu lama sekali hingga sujudmu
sangat panjang sekali..?”. “sesungguhnya tadi disini ada cucuku
Sayyidina Hasan wal Husein yang menaiki pundakku, saya biarkan dia
hingga dia sampai turun sendiri. Karena saya membiasakan supaya cucuku
itu terbiasa ketika melaksanakan daripada sholat berhubungan dengan
Allah swt”. Dari kebiasaan tersebut berpengaruh anak kecil untuk melihat
daripada kebiasaan orang tuanya didalam rumah. Kita misalkan saja
jikalau orang tua kebiasaanya selalu mengajak dalam sholat khususnya
berjamaah, maka anak tersebut senantiasa melaksanakan sholat jamaah.
Bahkan didalam adat daripada orang Tarim di Hadramaut sana, disitu ada
adat yang sangat bagus. Apa itu adatnya..? jikalau datang bangun malam
itu anak-anak kecil dibangunin. Kalau orang dizaman sekarang mungkin
heran, “biarkan aja kasihan ini anak masih perlu istirahat”. Tapi kalau
orang-orang sana nggak, dibiasakan. Sampai bangun malamnya pun
dibiasakan supaya apa..? dari kecil sudah senang dengan yang namanya
bangun malam. Hingga anak tersebut senang dengan bangun malam biarpun
bermain, nggak mesti dzikir. Biarpun bermain malah dengan orang tuanya
disediain dengan permainan yang penting dia bisa menghidupkan malam
seperti itu. Bahkan dalam adatnya yang lain ada daripada adatnya
salafuna sholeh orang di Hadramaut sana itu kalau sudah datang waktu
baligh umurnya 15 tahun, itu dia undang para ulama, para Habaib, para
‘alim ulama, para kyai disitu diundang dijadikan satu, itu anak tesebut
dipanggil didudukkan didepan daripada para ulama, para Habaib disitu
orang tua pun mengambil microphone dan memberikan kesaksian kepada yang
hadir disitu. Memberikan kesaksian gimana..? “ini ketahuilah wahai para
Habaib, para ‘alim ulama ini anak ku sudah menginjak waktu dewasa, sudah
menginjak waktu baligh, dan anda semuanya yang disini sebagai saksi
kalau seandainya dia meninggalkan sholat dia akan mendapat dosa daripada
Allah swt. Jikalau dia melakukan daripada kebaikan dia akan mendapatkan
ganjaran dan kebaikan daripada Allah swt”. Maka di waktu itu anak
menjadi takut melihat apa..? melihat daripada kesaksian orang tuanya
yang disaksikan oleh para ulama dan para Habaib disitu. Takut jadi
disitu anak tersebut menjadi dewasa dan besar sehingga menjadi ‘alim
ulama disitu. Biasakan seperti itu. Tapi jikalau anak dirumahnya saja
maaf-maaf jikalau orang tuanya suka telanjang jangan salahkan jikalau
anaknya suka telanjang. Jikalau orang tuanya senantiasa membicarakan
kejelekan orang jangan salahkan jikalau anaknya membicarakan kejelekan
orang, karena dilihat panutanya figurenya dirumahnya seperti itu. Yang
dilihat kebiasaan orang tuanya dari kecil seperti itu. Orang tuanya suka
mbujuk (bohong) ya jangan salahkan anaknya suka mbujuk (bohong). Orang
tuanya seneng membaca al qur’an, anaknya pasti min ahlil qur’an.
Begitupun disekolahnya, dikuliahnya dan segala macem, jikalau dosen,
guru disitu berperan bagus kepada pendidikan daripada muridnya.
Dibiasakan tidak berbicara daripada hal-hal yang buruk, dan ketika masuk
kamar mandi dilihat seperti itu maka yang dilihat selalu bagus, maka
tumbuh dewasa akan semakin bagus-semakin bagus maka anak tersebut
menjadi ‘alim ulama. Menjadi orang yang paling dimuliakan oleh Allah
swt. Tetapi sebaliknya seperti saya katakan tadi jikalau dengan
pelajaran yang tidak bagus, makanya disitu haruslah orang tua ini
mempunyai peran untuk mendidik daripada anaknya. Guru pun mendidik
daripada pelajaran-pelajaran yang bagus. Mungkin kita ini kadang-kadang
tergiur dengan yang namanya titel dunia, ada S1, S2 sampai S Campur iya
kan..? banyak kan..? tergiur dengan itu tetapi kita tidak membiasakan
anaknya itu supaya gemar dengan membaca al qur’an. Apalagi sebentar lagi
kita akan menyambut daripada bulan Ramadhan, bulan yang mana diturunkan
daripada al qur’an. Ajarkan anak selalu untuk membaca al qur’an, dari
sekarang biasakan paling tidak satu juz tiap hari, paling tidak tiap
hari satu lembar nggak bisa satu lembar ya kebangeten.
Kita
lihat antusias pemuda-pemuda di zaman sekarang yang mana mereka
condongnya kepada kebudayaan-kebu dayaan barat iya kan..? Betul dalam
firman Allah swt Tidak akan rela kepada kita orang-orang yang non Islam
itu untuk selalu merubah biarpun kita nggak masuk ke dalam agamanya
mereka, dengan kita meniru daripada kebudayaanya mereka. Dengan kita
meniru daripada kebudayaanya mereka cara bicara kita bukan
Assalamuaaikum lagi tapi “say hello”. Makanya daripada itu orang tua dan
guru sangat berperan ketika, berhubungan saja ketika seseorang sudah
melaksanakan pernikahan dengan niat yang baik, bahkan disitu ada salah
satu orang sholeh yang bernama Syech Ali bin Abibakar As Syakran, yang
anak daripada Al Habib Abubakar As Syakran yang pengarang daripada Wirdu
Syakran, beliau mengarang daripada niat-niat ketika seseorang mau
menikah. Yang niatnya ya mungkin cukup panjang tapi mungkin jikalau kita
baca sebentar mungkin sepuluh menit selesai. Tetapi dampak dan
pengaruhnya sangat kuat, untuk khususnya mereka-mereka yang hendak
melaksanakan daripada pernikahan. Karena didalam pernikahan asal usulnya
dan usulnya daripada nikah adalah supaya mendapat keturunan.
Kesimpulannya begitu pentingnya peran orang tua dan guru yang pertama
adalah diberi anak tersebut wasiat dengan taqwa kepada Allah swt karena
taqwa adalah wasiat yang begitu hebat. Dengan taqwa tersebut
kesimpulanya adakah apa..? mentati daripada peraturan-peraturan daripada
Allah swt melalui daripada sholat, puasa, kewajiban, hormat dengan
orang tua dan sebagainya dan menjauhi daripada larangan-larangan yang
sudah dilarang oleh Allah swt, melakukan daripada kemaksiatan dan
hal-hal buruk yang lain . Jikalau kita mau keberuntungan yang begitu
besar, keberuntungan yang begitu indah adalah tidak ada pesan yang
sedemikian mulianya kecuali kita bertaqwa kepada Allah swt. Kemudian
yang ke dua peran orang tua dan guru adalah mendudukkan, ada waktu
disediakan waktu khusus untuk anak kepada orang tuanya. Misalkan setelah
maghrib ditanya daripada anaknya apa yang dia dapat didalam sekolahnya
dudukkan. Setelah membaca Ratib, membaca Yasin dan segala macem ajak
sholat isya berjamaah.
Dua itu adalah salah satu kesimpulan
yang sedemikian mulianya adalah yaitu bertaqwa kepada Allah swt dan
meluangkan waktu untuk kita mendidik anak dengan didikan seperti
didikanya Nabi Muhammad saw. Seperti disabdakan oleh Nabi Muhammad saw :
“Allah swt telah memberikan didikan yang begitu hebat dengan aku,
dengan yang semulia-mulia didikan”. Didikan yang bagus, didikan dengan
cinta dengan orang sholeh, cinta al qur’an dan segala macem. Dan
mudah-mudahan kita semuanya mendapat kemuliaan daripada Allah swt.